| 0 comments ]

DINAMIKA DANA MBOJO HARI INI DALAM BERBAGAI AKSI
Oleh : R a n g g a
Ketua Umum Tambora Study Club (TSC) Makassar

Membaca situasi dan dinamika di Dana Mbojo ibarat membaca buku FALSAFATUNA atau merensi DUNIA SOPHIE. Penuh dinamika dan intrik. Gaya yang dihadirkan oleh Dana Mbojo adalah gaya mengupas THE DA VINCI CODE. Penuh misteri, yang mesti dikaji melalui runtutan kisah. Dinamika yang terjadi sangat kompleks. Tiap ruang dan waktu terjadi fenomena yang absurd. TSC merangkum kondisi social, politik, budaya dan ekonomi yang terjadi saat ini.
Aksi pertambangan
Hampir tiap hari kita membaca media massa yang berseliweran di Kota maupun kabupaten Bima. Setiap hari aksi demonstrasi penolakan Tambang di Bima menjadi headline. Masyarakat Bima hari ini terfokus pada persoalan Tambang Pasir Besi di Wera, Tambang Mangan di Lido (Belo), Tambang Mangan di Langgudu dan eksploitasi batu alam di Madapangga.
Tambang Pasir Besi melalui SK Bupati nomor 406 dan 407 tahun 2004 tentang eksplorasi dan eksploitasi pasir besi di sepanjang pesisir kecamatan Wera. Pasir Besi ini dikelola oleh PT Jagat Mahesa, PT Indomaining dan PT Lianda. Tambang mangan di Lido, Ncera dan Soki Kecamatan Belo melalui SK Bupati nomor 555 tanggal 12 Mei 2008 Tentang Eksplorasi Mangan di Ncera, Soki dan Lido. di kelola oleh PT Nusantara Anugerah Resource. Sedangkan Tambang Mangan Langgudu tertuang secara bersama dalam SK Bupati nomor 555 tersebut. Berkaitan dengan eksploitasi Batu Alam di Madapangga masih belum kami ketahui dengan pasti perusahaan yang mengelolanya.

Konsentrasi aksi beberapa hari terakhir berpusat pada dua titk, yaitu dipertigaan Talabiu (Woha) oleh massa penolak Tambang Mangan dan Paruga Parenta (Pemkab) oleh massa penolak Pasir Besi. Sedangkan inti dari penolakan tersebut adalah berkaitan dengan dampak negative yang dirasakan langsung oleh masyarakat setempat. Dan kini yang sedang mengalami dampak negative tersebut adalah masyarakat Wera pada distrik Pay dan Tengge. Dua daerah ini kini mengalami abrasi 30cm/bulan akibat pengerukan pasir mengandung besi yang dimaksud.
Khusus diwilayah Pay, telah terbentuk Zona pelarangan atau areal tertentu. Pada zona 1 (langsung dalam wilayah eksploitasi) masyarakat Pay dilarang keras berada pada areal tersebut kecuali petugas atau pihak-pihak tertentu. Pada Zona 2 (sedikit menjorok pada pesisir pantai) masyarakat Pay dilarang keras meliwati atau memasuki areal yang dimaksud. Sedangkan pada zona 3 (pesisir hingga pertengahan antara Sangiang darat dan gunung sangiang) masyarakat Pay hanya diperbolehkan lewat dengan tanpa melakukan aktifitas yang mencurigakan (memancing, mencari ikan dan atau bagang). Lantas masyarakat Wera Pay yang nota bene 65 % adalah berprofesi sebagai nelayan akan mengais rezeki dimana? Berbeda dengan distrik Wera – Tengge, rata-rata pohon bakau maupun pepohonan yang hidup disekitar wilayah pesisir kini terlihat akar-akarnya nampak diatas permukaan tanah. Hal ini akibat pengerukan pasir yang mengakibatkan pengikisan tanah secara drastis. Beberapa pohon yang berada pada bagian Timur daerah Tengge telah tumbang karena ketidak mampuan menahan beban akibat ketidak labilan pondasi akar yang dimiliki. Ini baru sebagian dari dampak yang sedang dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar wilayah Tambang.
Pada kasus Tambang Mangan di Belo ( Lido , Ncera, Soki), SK Bupati yang dikeluarkan (nomor 555 mei 2008) baru pada tahap eksplorasi. Belum dikeluarkan SK Eksploitasi. Sekalipun demikian, aktifitas pertambangan disekitar wilayah tersebut mulai nampak. Terlihat dengan hadirnya beberapa alat Berat. Menurut AMDAL yang telah diterbitkan, bahwa jika ijin eksploitasi di keluarkan, maka, areal tahap pertama yang akan digarap adalah 1.000 m2. otomatis lahan produksi (pertanian Bawang merah) sekitar itu mati. Malah peta perencanaan PT Nusantara Anugerah adalah merelokasikan warga Ncera ke wilayah Wombo Ncera bagian atas. Bahwa wilayah pemukiman masyarakat Ncera, Soki dan Lido saat ini termasuk wilayah peta eksploitasi.
Untuk wilayah Tambang Mangan langgudu, masyarakat belum mengambil sikap karena bukan dalam wilayah pemukiman masyarakat maupun wilayah garapan masyarakat (Kebun, ladang atau Sawah) namun wilayah tersebut adalah wilayah Hutan Lindung dan Hutan Negara, sehingga PT Jagat Mahesa yang juga salah satu perusahaan pengelola Pasir Besi Wera tinggal menunggu surat ijin dari Menteri Kehutanan RI. Hampir sama dengan eksploitasi Batu Alam Madapangga. Eksploitasi Batu Alam Madapangga menurut pengamatan kami dilapangan masuk pada wilayah Peta DAS (Daerah Aliran Sungai) Kab Bima yang juga merupakan areal Hutan Lindung Cagar Alam Madapangga. Jadi, pada dua wiilayah eksploitasi diatas tergantung sungguh dari Nurani Pemerintah daerah Kabupaten Bima. Apakah akan membiarkan anak cucunya hidup ditengah penderitaan dan musibah alam atau hidup dalam nuansa alam yang indah sebagai bentuk kebanggaan menjadi orang Bima.
Aksi Pencabulan dan Amoral
Krisis moralitas ditengarai menjangkiti warga Bima. Fakta ini tak bisa dipungkiri lagi menyusul merebaknya berbagai kasus kejahatan, terutama pelecehan seksual, pencabulan atau perkosaan. Korbannya tak hanya menimpa remaja, bocah bau kencur pun menjadi sasaran.
Pada awal bulan Oktober ini tepat seminggu setelah Idul Fitri (Bulan Ramadhan) berlalu, seorang Pemuda (25thn) mencabuli Mawar (Bukan nama sebenarnya) yang baru berumur 3 tahun dikamar orang tua korban. Peristiwa ini terjadi di Kumbe-Kota Bima. Pintu kamar dipalang, namun ketika didobrak oleh keluarganya pemuda tersebut terlihat telungkup di difan. Pihak keluarga menduga saat itu dia berpura-pura tidur.
Menyusul deretan kasus serupa, seorang kakek renta berlomba mengumbar nafsu bejatnya pada bocah bau kencur. Ironisnya, cucu sendiri pun “dilahap”.
Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di lingkungan Penanae, Kota Bima. Seorang kakek menjadi bulan-bulanan warga karena dicurigai berulang kali menggerayangi cucunya sendiri yang telah dipeliharanya sejak bayi. Alasan sang kakek pun menggelikan. Sang istri tak lagi mampu menafkahi bathinnya yang haus. Selain itu, sang istri yang juga mulai renta, terlalu sibuk mencari nafkah tambahan untuk keluarga.
Dua hari setelah kejadian di Penanae, seorang pemuda (16tahun) Cenggu (Belo) menggagahi bocah bau kencur (5 Tahun) disebuah rumah kosong samping rumah korban. Menurut pengakuan pelaku, akibat terpengaruh 3gp Bokep pada HP temannya. Terakhir kejadian beberapa hari yang lalu (26/10/08) seorang kakek rentan umur 72 tahun memperkosa gadis bawah umur (11tahun) di Manggemaci-Kota Bima. Libido kakek tersebut membara hanya karena gadis tersebut senang bermanja-manja padanya (pelaku).
Gerangan apakah yang terjadi di Dana Mbojo saat ini? Siapa yang mesti dipersalahkan? kecanggihan teknologi sebagai pemicunya kah? Ataukah ahlak masyarakat kita (dou mbojo) yang mulai mengalami krisis atau terdegradasi.
Aksi perebutan “Nomor Urut” dan Politisi “Kutu Loncat”
Dinamika Politik di Dana Mbojo sangat ambisius. Saat ini dikota Bima, hampir di setiap RT terdapat Calon legislative yang akan bertarung meraih simpatisan pada ajang pilcaleg April 2009 mendatang. Tidak tanggung-tanggung, 804 caleg siap maju ke kancah perebutan kursi legislative kota Bima. Siap berlomba meraih simpati 90.000 warga pemilih kota Bima (asumsi KPU Kota Bima). Kursi yang disediakan adalah 30 kursi, berarti akan ada 774 Caleg yang akan tereliminasi dari akhir pertarungan tersebut. Caleg terbanyak se Nusa Tenggara ( Bali , NTB, NTT) berdasarkan jumlah pemilih diraih oleh Kota Bima (analisah TSC dari hasil DCS masing-masing kab/Kota se-Nusra).
Hal ini tidak jauh beda dengan Caleg di Kabupaten Bima. Namun yang ironi adalah 215 Caleg Kabupaten Bima melamar menggunakan ijazah Paket C. jika sendainya pun ada yang terpilih, bayangkan saja bila produk kebijakan dan aturan di Kabupaten Bima lahir dari mereka itu (Caleg berijazah paket C). fenomena yang tidak kalah menarik adalah perebutan “Nomor Urut” antara para Caleg yang ada. Hal ini akibat dari wacana “nomor jadi” dan “nomor sepatu”. Banyak Caleg yang bertaruh harta dan harga diri demi yang bernama “nomor urut”. Sekalipun ada ruang dan peluang yang diberikan oleh KPU untuk menggunakan system Suara Terbanyak Murni dan Sistem Suara Terbatas (Pasal 214, UU 10 tahun 2008). Akibatnya, tidak sedikit politisi di Dana Mbojo menjadi “Politisi Kutu Loncat” atau “politisi Lompat pagar” (berpindah-pindah partai demi mendapatkan nomor urut terkecil). Sehingga hanya sebagian kecil politisi Dana Mbojo berlaga pada pertarungan Pilcaleg 2009 yang merupakan kader partai, selebihnya adalah Kader Comotan. Tidak bisa dibayangkan merebaknya stiker, spanduk, barnner maupun Baliho caleg pada hari “H” mendatang. Jelas memenuhi rongga-rongga perkotaan.
Setiap dinamika di Dana Mbojo hari ini telah menjadi komoditi politik. Setiap inci permasalahan yang terjadi ditengah masyarakat menjadi komoditi politik. Setiap pola pikir yang ada ditengah masyarakat, rata-rata terdoktrin dan terbahasakan secara politik. Sehingga prilaku dan karakter masyarakat Dana Mbojo hari ini adalah sangat politis. Dipengaruhi pula oleh factor ambisi. Tendensius serta diperparah oleh sikap latah yang selama ini menjangkiti masyarakat kita. Inikah zaman “pancaroba” itu?
Alam beraksi
Sisi lain Dari situasi dan kondisi yang terjadi di Dana Mbojo adalah cuaca yang lain dari pada yang lain. Menurut data BMG Denpasar, bahwa matahari saat ini berada pada titik 8,7 derajat LS tepat melintas diatas pulau Sumbawa . Daerah Bima pada bulan agustus – oktober mengalami cuaca panas dengan suhu 34 – 40 derajat celcius (Bimeks, 17/8/08). hal ini akan membentuk titik putting beliung yang banyak di wilayah pulau sumbawa akibat kepadatan awan yang terjadi dan tingginya penguapan air laut pada bulan September – oktober.
Selain itu, kemungkinan longsor pada beberapa titik di kabupaten Bima sangat rentan akibat hutan cagar alam yang sangat kurang dan dipengaruhi oleh factor kecepatan angin yang membawa awan mengakibatkan hujan terus menerus selama beberapa hari, siang dan malam. Kondisi ini dapat mendatangkan awan colnius dari laut Australia menuju tenggara pulau sumbawa. Awan tebal tersebut membentuk badai yang dapat terjadi berjam-jam dan menetap beberapa hari pada musim hujan mendatang. (Bimeks, 18/10/08)
Selain itu dijelaskan pula, bahwa tanah dikawasan pulau Sumbawa khususnya adalah tanah yang rapuh (tanah merah pegunungan) akibat kurangnya hutan penyangga maupun wilayah-wilayah serapan air. Sehingga masyarakat kota perlu diperingatkan untuk waspada Banjir bandang jilid II.
Informasi tersebut diatas tidak begitu saja dirilis, 2 hari yang lalu (25 okt 2008) sebuah mobil bertuliskan BASARNAS (Badan SAR Nasional) parkir di salah satu Hotel di Kota Bima. Mobil tersebut kemudian terlihat melintas didepan Bandar Udara Salahuddin Bima. Menurut informasi yang kami dapat, bahwa ada kemungkinan daerah Sumbawa akan mengalami bencana alam pada musim hujan mendatang (November-maret) akibat pengaruh cuaca yang terjadi saat ini. Kehadiran mobil survey dan Observasi BASARNAS tersebut menandakan keseriusan bencana yang mengintai. Sekalipun segalanya kembali pada Yang Maha Kuasa. Atas kuasa-Nya lah semua itu bisa saja terjadi. Wallahuallam bissawab
Namun tidak demikian masyarakat Bima kebanyakan berpendapat. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa ini adalah siklus alam. Banyak pula yang mengaitkan dengan aktifitas pertambangan yang sedang berlangsung di pulau sumbawa. Adapula yang berpendapat bahwa Laknat Allah akan segera datang melalui bencana yang diturunkan, namun tidak sedikit yang cuek dengan keadaan tersebut. Malah ada beberapa diantara mereka (Ndai Mbojo) menjadikan isu ataupun jika hal tersebut betul-betul terjadi, maka bisa menjadi lahan politik tersendiri. Subhanallah. ..
Dari sisi fenomena yang mengiringi dinamika Dana Mbojo saat ini, makin banyak saja kasus kekerasan yang muncul di sekitar kita. Kasus kriminal menonjol. Pengaruh suhu panas, klaim sebagian masyarakat. Lihat saja, kakek-kakek di Kendo berawal dari canda, berakhir tebasan parang. Darah pun tercecer. Pemuda Pane terbakar emosi karena kesenggol sepeda motor, siswa SMAN 4 Kota Bima tawuran imbas kasus antarkampung. Kakek di Manggemaci ikut terbakar libidonya, sehingga terseret kasus pencabulan terhadap bocah.
Massa pendemo masalah tambang pun, mulai terperangkap emosi liar sehingga aksi nyaris memanas dan memicu bentrok. Sebelumnya, serangkaian aksi calon guru di kampus STKIP Bima “doyan” membakar kursi ruangan kuliah.
Mungkinkah dipengaruhi cuaca panas di Bima saat-saat ini? Bisa jadi dikontribusi olehnya (cuaca) sehingga emosi mudah meletup. Bisa jadi pula ada yang menuding kesimpulan yang terlalu dipaksakan. Hal yang pasti, fenomena panas ini salah satunya karena lingkungan sekitar kita sudah buruk. Pembabatan hutan secara liar (illegal loging) marak, sementara personel yang mengawasi terbatas.
Dari sisi interaksi sosial, jika muncul sesuatu yang tak normal, kita harapkan masing-masing mencari penyelesaian terbaik ketimbang harus adu otot. Karena akan menambah panas suasana sebab sudah cukup politik para caleg yang membuat kita gerah dengan jargon-jargon yang dikibarkan.

(Catatan Sumber : Bima Ekspres, KPU Kota Bima, KPU Kab Bima, Humas Pemkab Bima, www.nusatenggaranew s.com)

Sambung Dong Bacanya “DINAMIKA DANA MBOJO HARI INI DALAM BERBAGAI AKSI”  »»
| 0 comments ]

NTAIPU NAHU SURAMPA DOU MA LABO DANA” adalah falsafah yang menjadi pijakan kepemimpinan Bima. Falsafah itu coba diusung oleh masyarakat Bima dalam menyongsong kepemimpinan arif profesional yang memihak pada kepentingan umum. Muasal falsafah tersebut diintrodusir sejak zaman kesultanan Bima.
Makna falsafah di atas sangatlah mendalam. Mengandung pesan bahwa seorang pemimpin agar sadar akan kapasitasnya sebagai pemimpin. Pemimpin Bima dituntut menguasai geografi Bima dan karakter masyarakat yang dipimpinnya. Hakikatnya, falsafah tersebut sebagai pengikat amal tanggung jawab dalam mengayomi penduduk Bima.
Beragam sejarah tentang Bima yang menarik dipelajari. Misalkan, Bima dilihat dari aras politik, strategi birokrasi pemerintahan, ekonomi maupun sosial budayanya. Dalam konstelasi komunitas budaya Indonesia sebelum imperium Majapahit, Bima tempo dulu dideklarasikan oleh Raden Wijaya Baru pada tahun 1293 Masehi dari tumapel (Malang).
Ditemukan dokumen sejarah Kota Bima lama (Kitab BO) mengalami redusir hebat oleh aparat kesultanan dengan alasan kitab itu tidak islami. Kitab tersebut memberitakan betapa maju dan jayanya Bima tempo dulu. Tentu, masa kegemilangan Bima kala dulu kontras dengan kondisi Bima saat ini. Bima kini bertanahkan gersang, penuh polusi dan kedaulatan ratusan ribu rakyatnya digenggaman kekuasan elit yang tak bertanggung jawab.
Ditilik dari arsip sejarah perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan Belanda, Bima dinafikan dari catatan salah satu daerah yang bersemangat gigih mengusir kolonial Belanda. Bima pada tahun 1964 dipimpin sultan Khair Sirajuddin. Dia adalah raja yang mengukuhkan Islam sebagai payung hukum dengan harapan Bima berada pada kondisi yang aman dan sejahtera. Sultan Khair menikah dengan adik perempuan Raja Goa, yang sebelumnya sudah berkoalisi melawan penjajah.
Sebab terlibat persaingan dagang yang kurang sehat antara VOC --yang merupakan serikat dagang Belanda-- dengan Goa mengakibatkan perang yang tak terelak antara keduanya. Dalam permusuhannya dengan Goa, VOC didukung oleh kekuasaan anti Goa yang dipelopori Agung Palapa.
Bima sebagai sahabat setia Goa, ikut mengambil bagian dari peperangan sengit tersebut. Sultan Khair Sirajuddin sebagai panglima perang bersama panglima perang Goa, Karaeng Bonto, mengikutsertakan ribuan pasukannya. Akhirnya, kemenangan pun tak tertampik berada ditangan VOC, dan sultan Bima menjadi buronan VOC.
Kekalahan perang itu membawa petaka bagi Bima. Hingga kini yang dicatat sebagai pahlawan nasional adalah Sultan Hasanuddin dari kesultanan Goa. Sementara Sultan Bima hanya dikenang sebagai buronan tentara VOC. Ironi sekali, Goa yang sebelumnya menjadi patner Bima, telah ikut menyetujui penengkapan Sultan Khair melalui Perjanjian Bongaya yang terbit pada tanggal 18 Desember 1667. Perjanjian tersebut di tandatangani sendiri oleh sultan Hasanudin yang mana pada pasal 15 menyatakan Goa harus menyerahkan sultan Bima dalam kedaan hidup atau mati dalam jangka 10 hari.
Bima telah kehilangan pahlawan nasional yang semestinya tercatat dalam rentetan sejarah melawan penjajah. Sangat disayangkan, masyarakat Bima malah hampa greget mengusung hal itu dan tidak melacak sejarah pahlawan Bima.
Tentang silang sengkarut dan perdebatan akut pahlawan Bima masa lampau, buku ini memaparkan bahan dasar bagi masyarakat Bima dalam membangun kembali perjuangan Bima. Buku inipun mengulas kondisi Bima yang kini kian terpuruk diamuk dinamika globalisasi. Misalnya, di daerah Bima ada sebuah tanaman unik yang disebut Garoso Mbolo, yang bisa dijadikan minuman, namun tanaman itu tidak diolah secara maksimal, sehingga tanaman tersebut hanya menjadi tanaman liar.
Buku ini hadir berkat ikhtiar gigih aliansi Kerukunan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Bima Malang (KKPMB Malang) yang peduli akan nasib masa depan daerahnya. Hal baik seperti ini wajib ditiru oleh organisasi daerah lainnya guna memberi sumbangsih pembangunan daerahnya masing-masing.
Kendati pun, buku ini penting dijadikan bahan referensi, khususnya bagi masyarakat Bima, lebih-lebih bagi para pejabat-pejabat daerah Bima, yang disebut dalam buku ini kurang berperan dalam membangun daerah Bima. Buku ini tidak melulu fokus membahas kondisi Bima secara khusus, namun juga mengeksplorasi peran dialektika Bima dalam pembangunan Indonesia.

Tulisan ini diambil dari:
Judul Buku
Bima Dalam Menyongsong Dinakmika Global (Kumpulan Tulisan dalam Merajut Masa Depan Bima)
Penulis
Muhammad Fauzi Ahmad dkk
Kata Pengantar
Prof. H. Umar Nimran, MA., Ph.D
Penerbit
Kerukunan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Bima Malang (KKPMB-Malang)
Cetakan
I, 2008
Tebal
xvi + 238 hlm

Sambung Dong Bacanya “Sekilas Sejarah BIma”  »»